BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang terjadi dalam
hubungan antara konselor dan klien. Dengan tujuan mengatasi masalah klien
dengan cara membelajarkan dan memberdayakan klien. Untuk memperoleh pemahaman dan
pencapain tujuan dalam konseling, faktor utama yang mempengaruhi yaitu bahasa
merupakan alat yang sangat penting. Penerapan
konseling lintas budaya mengharuskan konselor peka dan tanggap terhadap
adanya keragaman budaya dan adanya perbedaan budaya antar kelompok klien yang
satu dengan kelompok klien lainnya, dan antara konselor sendiri dengan
kliennya. Konselor harus sadar akan implikasi diversitas budaya terhadap proses konseling. Budaya yang
dianut sangat mungkin menimbulkan masalah dalam interaksi manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Masalah bisa muncul akibat interaksi individu dengan
lingkungannya.
1.2
TUJUAN
Untuk
mengetahui analisis prilaku dalam konseling lintas
budaya
1.3
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana konsep
konseling lintas budaya ?
2.
Bagaimana ketermpilan
dan prilaku yang dimiliki konselor dalam konseling lintas budaya ?
3.
Bagaimana pengaruh
budaya dalam prilaku ?
BAB II
PEMBAHASAN
ANALISIS PRILAKU DALAM
KONSELING LINTAS BUDAYA
2.1. Konsep Konseling
Lintas Budaya
Konseling adalah suatu proses pemberian
bantuan yang terjadi dalam hubungan antara konselor dan klien. Dengan tujuan
mengatasi masalah klien dengan cara membelajarkan dan memberdayakan klien.
Untuk memperoleh pemahaman dan pencapain tujuan dalam konseling, faktor utama
yang mempengaruhi yaitu bahasa merupakan alat yang sangat penting. Bila terjadi
kesulitan dalam mengkomunikasikan apa yang diinginkan dan dirasakan oleh klien,
dan kesulitan menangkap makna ungkapan pikiran dan perasaan klien oleh
konselor, maka akan terjadi hambatan dalam proses konseling.
Penerapan konseling lintas budaya
mengharuskan konselor peka dan tanggap terhadap adanya keragaman budaya dan
adanya perbedaan budaya antar kelompok klien yang satu dengan kelompok klien
lainnya, dan antara konselor sendiri dengan kliennya. Konselor harus sadar akan
implikasi diversitas budaya terhadap proses konseling. Budaya yang
dianut sangat mungkin menimbulkan masalah dalam interaksi manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Masalah bisa muncul akibat interaksi individu dengan
lingkungannya. Sangat mungkin masalah terjadi dalam kaitannya dengan unsur-unsur
kebudayaan, yaitu budaya yang dianut oleh individu, budaya yang ada di
lingkungan individu, serta tuntutan-tuntutan budaya lain yang ada di sekitar
individu.
Proses konseling
memperhatikan, menghargai, dan menghormati unsur-unsur kebudayaan tersebut.
Pengentasan masalah individu sangat mungkin dikaitkan dengan budaya yang
mempengaruhi individu. Pelayanan konseling menyadarkan klien yang terlibat
dengan budaya tertentu; menyadarkan bahwa permasalahan yang timbul, dialami
bersangkut paut dengan unsur budaya tertentu, dan pada akhirnya pengentasan
masalah individu tersebut perlu dikaitkan dengan unsur budaya yang
bersangkutan.
2.2.
Keterampilan
dan Prilaku Konselor Lintas Budaya
1. Keterampilan dan Pengetahuan Konselor
Khusus dalam menghadapi klien yang berbeda budaya,
konselor harus memahami masalah sistem nilai. M. Holaday, M.M. Leach dan
Davidson (1994) mengemukakan bahwa konselor professional hendaknya selalu
meingkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan konseling lintas
budaya, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pengetahuan dan informasi yang
spesifik tentang kelompok yang dihadapi
- Pemahaman mengenai cara kerja
sistem sosio-politik di negara tempat kelompok berada, berkaitan dengan
perlakukan terhadap kelompok tersebut.
- Pengetahuan dan pemahaman yang
jelas dan eksplisit tentang karakteristik umum konseling dan terapi.
- Memiliki keterampilan verbal
maupun non-verbal
- Mampu menyampaikan pesan secara
verbal maupun non-verbal
- Memiliksi keterampilan dalam
memberikan intervensi demi kepentingan klien
- Menyadari batas-batas kemampuan dalam memberikan bantuan dan dapat mengantisipasi pengaruhnya pada klien yang berbeda.
2. Prilaku Konselor
Para konselor lintas budaya yang tahu tentang kesamaan
humanity harus dapat mengidentifikasi physical sensation dan psychological
states yang dialami oleh klien. Konselor lintas budaya hendaknya dapat
melakukan tugasnya secara efektif, maka untuk itu konselor perlu memahami
bagaimana dirirnya sendiri menyadari world view-nya dan dapat world view klien.
prilaku konselor dalam melaksanakan hubungan konseling akan menimbulkan
perasaan-perasaan tertentu pada diri klien, dan akan menentukan kualitas dan
keefektifan proses konseling. Oleh karena itu, konselor harus menghormati sikap
klien, termasuk nilai-nilai agama, kepercayaan, dan sebagainya. Sue, dkk (1992)
mengemukakan bahwa konselor dituntut untuk mengembangkan tiga dimensi kemampuan,
yaitu:
a. Dimensi keyakinan dan sikap
- Dimensi pengetahuan
- Dimensi keterampilan sesuai
dengan nilai-nilai yang dimilki individu
Sementara itu, Rao (1992) mengemukakan bahwa jika klien
memiliki prilaku atau kepercayaan yang salah atau tidak dapat diterima oleh
masyarakat dan konselor akan hal tersebut, maka konselor boleh memodifikasi
kepercayaan tersebut secara halus, tetapi apabila kepercayaan klien berkaitan
dengan dasar filosofi dari kehidupan atau kebudayaan dari suatu masyarakat atau
agama klien, maka konselor harus bersikap netral, yaitu tidak mempengaruhi
kepercayaan klien tetapi membantunya untuk memahami nilai-nilai pribadinya dan
nilai-nilai kebudayaan tersebut.
Selanjutnya, Rao juga mengemukakan bahwa aspek-aspek
yang mendasari prilaku tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Keyakinan
Konselor harus yakin bahwa klien
membicarakan martabat persamaan (hak) dan kepribadiannya. Konselor percaya atas
kata dan nilai-nilai klien. Di samping itu juga yakin bahwa klien membutuhkan
kebebasan dan memiliki kekuatan serta kemampuan untuk mencapai tujuan.
2. Nilai-nilai
Konselor harus bersikap netral
terhadap nilai-nilai terhadap nilai-nilainya. Konselor tidak menggunakan
standar moral dan sosial berdasarkan nilai-nilainya. Dalam hal ini konselor
harus memiliki keyakinan penuh akan nilai-nilainya dan tidak mencampurkan
nilai-nilainya dengan nilai-nilai klien.
3. Penerimaan
Penerimaan konselor menunjukkan pada
klien bahwa dihargai sebagai peribadi dengan suasana yang menyenangkan.
Penerimaan tersebut bersifat wajar tanpa dibuat-buat.
4. Pemahaman
Konselor memahami klien secara
jelas. Dalam hal ini ada empat tingkatan pemahaman, yaitu :
a. Pengetahuan tentang tingkah laku,
kepribadian, dan minat-minat individu,
b. Memahami kemampuan intelektual dan
kemampuan verbal individu,
c. Pengetahuan mengenai dunia internal
individu, dan
d. Pemahaman diri yang meliputi
keseluruhan tingkatan tersebut
5. Rapport
Konselor menciptakan dan
mengembangkan hubungan konseling yang hangat dan permisif, agar terjadi
komunikasi konseling yang intensif dan efektif.
6. Empaty
Kemampuan konselor untuk turut
merasakan dan menggambarkan pikiran dan perasaan klien.
3. Persyaratan Konselor Lintas Budaya
Isu konselor dalam
penyelenggaraan konseling lintas budaya adalah bagaimana konselor dapat
memberikan pelayanan konseling yang efektif dengan klien yang memiliki latar
belakang budaya yang berbeda. Dalam hubungan dengan isu ini, Lorion dan Parron
(1985) mengemukakan persyarakat konselor lintas budaya sebagai berikut:
a. Konselor harus terlatih secara
khusus dalam perspektif multi budaya, baik akademik maupun pengalaman.
- Penciptaan situasi konseling
harus atas persetujuan bersama antara klien dan konselor, terutama yang
berkaitan dengan dengan kemampuan mereka dalam mengembangkan hubungan
kerja teurapetik.
- Konselor harus fleksibel dalam
menerapkan teori terhadap situasi-situasi khusus klien.
- Konselor harus terbuka untuk
dapat ditantang dan diuji.
- Dalam situasi konseling multi
budaya yang lebih penting adalah agar konselor menyadari sistem nilai
mereka, potensi, stereotipe, dan prasangka-prasangkanya.
- Konselor menyadari
reaksi-reaksi mereka terhadap perilaku-perilaku umum.
2.3. Pengaruh Budaya
Pada Prilaku
Pengantar konseling
lintas budaya yakni menatap masa depan adalah untuk terus belajar tentang
bagaimana budaya mempengaruhi prilaku manusia. Ketika berinteraksi dengan orang
dari budaya lain diseluruh dunia, baik saat kita berpergian atau sebaliknya,
kita menghadapi berbagai cara budaya mewujudkan dirinya melalui prilaku. Dengan
meningkatnya pemahaman kita tentang perwujudan-perwujudan ini, kita akan
semakin menghargai pentingnya peran budaya, tidak hanya dalam memberi kita
rambu-rambu dalam hidup tapi juga dalam membantu kita menemukan jalan untuk bertahan hidup. Kenyataannya,
budaya menyediakan bagi kita aturan-aturan yang memastikan berlangsungnya hdup,
dengan asumsi bahwa sumber daya hidup masih tersedia.
Alasan lain mengapa
kita masih perlu belajar tentang budaya adalah bahwa budaya terus berubah.
Budaya bukanlah entitas yang statis dan tetap. Dengan definisi fungsional kita
tentang budaya, kita tau bahwa budaya bisa berubah seiring waktu. Saat ini pun
kita sedang menyaksikan perubahan-perubahan dalam budaya dan orang-orang eropa,
asia, dan amerika serikat. Perubahan-perubahan ini memastikan bahwa kita tidak
akan kekurangan bahan untuk di pelajari berkaitan dengan pengaruh budaya pada
prilaku manusia. Tapi kita perlu menumbuhkan keinginan untuk mempelajarinya.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Pengantar konseling
lintas budaya yakni menatap masa depan adalah untuk terus belajar tentang
bagaimana budaya mempengaruhi prilaku manusia. Ketika berinteraksi dengan orang
dari budaya lain diseluruh dunia, baik saat kita berpergian atau sebaliknya,
kita menghadapi berbagai cara budaya mewujudkan dirinya melalui prilaku.
Prilaku konselor dalam melaksanakan hubungan konseling akan
menimbulkan perasaan-perasaan tertentu pada diri klien, dan akan menentukan
kualitas dan keefektifan proses konseling.
Penerapan
konseling lintas budaya
mengharuskan konselor peka dan tanggap terhadap adanya keragaman budaya dan
adanya perbedaan budaya antar kelompok klien yang satu dengan kelompok klien
lainnya, dan antara konselor sendiri dengan kliennya. Konselor harus sadar akan
implikasi diversitas budaya terhadap proses
konseling.
3.2 SARAN
Makalah
ini jauh dari kesempurnaan,kritikan dan masukan dari pembaca dapat menambah
kesempurnaan dari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua terutama bagi penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar